Kuliah Kalkulus merupakan matakuliah yang paling ngebosenin dan paling bikin males buat ngikutin kuliah. Ketika dosen sedang dengan sabar dan telaten mentrasfer ilmunya ke mahasiswa justru si mahasiswa ini nggak semuanya mau menerima transfer ilmu dari sang dosen. Makannya nggak heran juga kalo banyak mahasiswa yang akirnya ngulang di matkul satu ini. Dari pengalaman pribadi, ini nih kelakuan para mahasiswa ketika kelas kalkulus berlangsung.
Orang barisan pertama
Orang-orang di barisan pertama biasanya diduduki oleh mereka yang antusias mengikuti kuliah. Mereka dengan aktif selalu berusaha menerima transfer ilmu dari dosen. Paling memperhatikan apa yang disampaikan dosen dan tangannya selalu mencatat apa saja yang dikasih dosen, mulai dari rumus-rumus yang dikasih sampe ada juga yang mencatat banyolan dari dosen juga. Inilah mereka yang biasanya menjadi pemilik nilai A pada matakuliah yang banyak dibenci oleh mahasiswa. Disaat menjelang ujian nih, biasanya mereka adalah orang yang paling dicari. Yang dicari sih sebenarnya bukan orangnya tapi catetannya. Mereka lah yang seolah menjadi dewa penolong buat temannya yang males nyatet rumus-rumus yang susah dipahami dan angka-angka abstrak yang dikasih saat kuliah. Dengan kitab tulisan temen yang berada di barisan depan ini, si males bisa terselamatkan dari mengulang matkul kalkulus (read : kalkunyuk)
2. Kondisi barisan tengah
Diabarisan ini adalah kondisi peraliahan antara si rajin dan si malas. Di barisan ini merupakan campuran antara orang yang masih aktif kuliah, mencoba aktif kuliah, aktif dengan dunianya sendiri dan aktif dengan medsosnya.
Di golongan menengah kebelakang ini, kondisi yang biasanya riuh dengan segala aktivitas-aktivitas hasil asimilasi antara barisan depan dan belakang. Kelakuan kebanyakan kaum tengah ini memang lebih buruk dari yang ada di barisan depan, namun lebih baik dari yang ada di barisan belakang
3. Penunggu barisan belakang
Para penunggu barisan belakang adalah kaum “pejuang” dan “pemimpi”. Penunggu disini kebanyakan berjuang melawan kantuk yang datang seiring dengan panasnya otak karena tidak bisa terkoneksi dengan penjelasan dosen. Ciri-ciri ketika penunggu barisan belakang ini mulai memanas otaknya, bisa dilihat dari matanya yang mulai memerah, gerakannya berkurang, dan mulut yang sesekali terbuka untuk mendinginkan otak. Bagi yang tidak sanggup dan kalah berjuang melawan si kantuk yang begitu perkasa. Mereka akan memulai sebuah perubahan baru dengan menuliskan mimpi-mimpi mereka. Suara dosen yang begitu merdu ibarat sebuah suara dongeng pengantar tidur. Dan akhirnya mereka akan memejamkan mata dan memasuki alambawah sadar dan semakin dalam, semakin dalam. Dan ketika sudah berada pada alam bawah sadar yang terdalam, biasanya mereka akan serentak terbangun dengan sebuah kalimat dari sang pendongen. “apakah ada pertanyaan?, kalau tidak cukup disini dan sampai jumpa di kuliah selanjutnya.”. Jika di ibaratkan itu adalah akhir sebuah mimpi yang indah untuk penunggu barisan belakang.
0 Comments