1.
Menguasai teknik wawancara yang baik dan santun.
Hal ini diperlukan agar seseorang pewawancara mampu melakukan kegiatannya
dengan baik tanpa suatu halangan apapun dan tentu saja tidak menggangu narasumber.
2.
Memiliki wawasan yang luas. Hal ini diperlukan
agar pewawancara mampu menganalisa data dan fakta yang diberikan narasumber
secara analitis dan tentu saja untuk menghasilkan suatu berita yang
kontekstual.
3.
Memiliki penalaran yang bagus. Hal ini wajib
dimiliki seorang pewawancara agar tidak mudah mempercayai apa yang dikatakan
narasumber begitu saja tanpa alasan yang jelas.
4.
Memiliki teknik berkomunikasi yang baik.
Kesopanan dalam wawancara adalah hal yang paling penting karena dengan teknik
berkomunikasi yang baik seorang pewawancara tidak akan menggangu narasumber.
Kesantunan narasumber menjadi penting adanya mengingat dia sedang mewawancarai
seseorang yang berkompetensi dalam bidangnya sehingga tidak bisa menggunakan
bahasa seenaknya.
Menurut Ashadi Siregar, kegiatan wawancara bukan hanya
meliputi aspek tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber melainkan juga
sebuah dialog interaktif antara seorang pewawancara dengan narasumbernya.
Ketika wawancara hanya meliputi aspek tanya jawab tentu saja suasana akan
menjadi sangat datar tidak ada sinergi antara pewawancara dengan narasumber dan
membuat berita yang ada kurang berkualitas dan membosankan. Posisi dialog
interaktif ini penting karena akan mencairkan suasana, akan terlihat sinergi
antara pewawancara dan narasumber sehingga suasana menjadi cair dan akan
menghasilkan data yang akurat sesuai dengan konteksnya dan memberikan hasil
yang baik dalam peliputan sebuah berita sehingga konsumenpun merasa puas akan
berita yang disajikan.
Bagi seorang profesional dalam bidang jurnalistik,
pertanyaan dalam sebuah berita bukan hanya 5W+1H karena jika hanya terpaku pada
pertanyaan tersebut wawancara akan berjalan secara stagnan dan berita yang
disajikan terasa kurang analitis. Oleh karena itu, ada baiknya seorang
pewawancara memberikan improvisasi pada pertanyaan yang ia lontarkan pada
narasumber untuk mengeruk data yang dalam serta lebih analitis. Berita yang analitis
cenderung lebih disukai konsumen karena memang lebih memberikan wawasan
daripada berita yang hanya menggunakan data standar yang cenderung mainstream
dan datar.
Seorang pewawancara yang profesional akan melakukan segala
cara agar mendapat data yang mendalam untuk menguak suatu permasalahan secara
menyeluruh. Berita yang kontekstual menjadi sasaran utama karena disana dia
akan membuat konsumen dalam hal ini pembaca dapat memahami apa yang dibahas
secara mendalam. Berita yang dikupas secara mendalam akan memperluas wawasan
pembaca, membuat pembaca berpikir dan menunggu berita selanjutnya agar tercipta
suatu penyelesaian yang akurat terhadap suatu permasalah.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
kegiatan wawancara adalah kegiatan yang mentransformasikan pola pikir dan
penguasaan masalah dari seorang narasumber kedalam sebuah tulisan yang pada
akhirnya akan membuat pembaca memahami suatu masalah atau ringkasnya, “mengirim
kompetensi narasumber kepada pembaca atau konsumen.”
0 Comments