Cita-cita

Untuk masalah cita-cita sebenarnya saya tidak terlalu memiliki tujuan yang spesifik. Sewaktu kecil banyak cita-cita yang saya miliki, seiring bergantinya tren di masyarakat cita-cita saya selalu berubah. Sempat saya berpikir untuk menjadi Power Rangers ketika tayangan itu merajai pertelevisian Indonesia, sempat juga saya berpikir untuk menjadi Kamen Rider tatkala saya melihat tayangan itu menjadi pokok pembahasan di antara teman-teman saya sewaktu kecil, bahkan ketika TK saya ditanyai oleh guru saya tentang cita-cita di masa depan dan saya dengan polosnya menjawab bahwa saya ingin menjadi Batman. Masa kecil yang indah dimana dulu saya dan teman tidak harus bersusah payah mengejar cinta tapi berjuang keras dalam mengejar layang-layang yang putus. Saya tidak akan lupa betapa bahagianya saya ketika bisa tertawa lepas membicarakan masalah yang sepele, bertengkar hanya karena sebatang lollipop dan hal lain yang mungkin bisa dibilang sepele.

Kembali pada masalah cita-cita di waktu kecil, setelah saya beranjak dewasa saya mulai sedikit mengerti apa arti dari kata cita-cita dan saya mulai berpikir untuk memiliki cita-cita yang spesifik, tapi tetap saja saya hanya mengikuti alur yang ada di masyarakat. Ketika di SD misalnya, bulu tangkis sangat populer di masyarakat sehingga sayapun ikut menggemari olah raga tersebut hingga saya memiliki niatan untuk menjadi seorang pebulu tangkis yang handal, lalu ketika SMP saya melihat tren dunia berubah, yang dulu waktu SD bulu tangkis sangat populer tiba-tiba luntur seiring berjalannya waktu, dan sepakbola mulai menampakkan tajinya, waktu SMP saya lihat Christiano Ronaldo yang begitu lihai menggiring bola membuat saya ingin menjadi seperti dirinya dan akhirnya sayapun ingin menjadi pemain sepakbola. Tren dunia kembali berubah ketika saya berada di bangku SMA, dari bulu tanggkis ke sepak bola lalu tumbuh tren aneh yang berupa boyband di masyarakat. Di waktu SD bulu tangkis jadi tren, saya ingin menjadi pebulu tangkis, di SMP sepak bola merebak saya ingin menjadi pemain sepakbola, di waktu SMA ketika saya melihat boyband mendunia, saya langsung memutuskan untuk berhenti memiliki cita-cita karena menurut saya hal itu sangatlah aneh dan merujuk pada kata tabu di mata saya.


Satu poin utama yang ingin saya sampaikan disini adalah saya tidak pernah memiliki cita-cita yang spesifik dan merujuk pada satu tempat dan harus dikejar. Maka dari itu saya hanya mampu menuliskan hal ini dalam tugas saya kali ini. Mungkin karena saya adalah orang yang terlalu lugu dan tidak memiliki idealisme yang kuat sehingga mudah terombang-ambing dalam lingkaran kedidakpastian dan berujung pada termobilisasi pada selera pasar.      

Post a Comment

0 Comments