Cara Menyikapi Kegagalan

Gagal awal dari keberhasilan atau akhir dari segalanya

Kegagalan adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh siapapun di dunia ini, namun tak dapat terelakkan kalau semua orang di dunia ini pernah mengalami kegagalan termasuk saya. Bahkan orang yang paling berhasil dan paling berpengaruh sekalipun. Tapi kenapa dengan kegagalan yang dia alami sanggup membuatnya bangkit dan meraih sebuah keberhasilan yang dia inginkan? Ya karena mereka sanggup menyikapi kegagalan yang dia alami bukanlah akhir dari segalanya.

Thomas Alfa Edison penemu lampu pijar yang membawanya menjadi salah seorang ilmuwan yang penemuannya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Apakah dia menciptakan bola lampu yang menerangi dalam kegelapan secara spontan langsung jadi? Tidak, sebelum penemuannya berhasil, ia telah melakukan percobaan berkali-kali namun tak pernah berhasil dan membuatnya hampir putus asa. Tapi dia tak menyerah, dia selalu mengambil pelajaran dari setiap kegagalannya dan ia terapkan pada percobaan selanjutnya hingga akhirnya percobaannya berhasil dan penemuannya sangat bermanfaat bagi umat manusia. Yang berhasil menerangi manusia di tengah kegelapan.
Cara pandang Edison dalam menyikapi kegagalannya itulah yang akhirnya membawanya untuk mencapai keberhasilan yang dia inginkan. Untuk mencapai sebuah keberhasilan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Harus melewati serangkaian proses yang akan menguji seberapa pantas seseorang untuk meraih keberhasilan. Termasuk gagal, gagal bukanlah momok yang menakutkan dan menyedihkan. Namun sesungguhnya kegagalan itu seolah “dibutukan” untuk mencapai keberhasilan yang sesungguhnya. Ibaratnya kita itu perlu menghabiskan jatah kegagalan sebelum menikmati sebuah keberhasilan.

Kegagalan seringkali membuat seseorang merasa lemah dan takkan mampu meraih impiannya. Memang kegagalan itu menyedihkan, tapi cobalah rubah cara pandang terhadap kegagalan. Ubah cara pandang dalam menghadapi kegagalan seperti ketika seorang balita yang baru belajar berjalan. Ketika baru belajar berjalan tidak lantas langsung lancar dan bisa berlari. Ketika menginjakkan langkah pertama dengan tertatih kemudian terjatuh, apakah balita itu terus menyerah dan tidak mau lagi berjalan? Tidakkan?. Ketika dia terjatuh mungkin dia akan menangis, namun sepuluh menit kemudian ia akan mencoba bangkit dan berjalan lagi. Dia seolah lupa bahwa dia pernah terjatuh dan rasanya itu sakit.

Inilah yang perlu diterapkan, ketika gagal jangan menyerah. Meskipun kegagalan itu sakit dan membuat putus asa. Temukan kesalahan-kesalahan yang mungkin telah dilakukan hingga akhirnya menyebabkan kegagalan. Perbaiki kesalahan itu dan terus bangkit meski tertatih, ingatlah keberhasilan selalu ada di depanmu, terus bergerak hampir dia, dan dia akan menghampirimu. Dia hanya ingin seberapa besar keinginanmu untuk meraihnya. Dia akan segera datang ketika keringat, darah, dan air mata mu telah mengucur dari tubuhmu. Percayalah bahwa aroma dari darah, keringat dan air mata mu akan mengundangnya untuk segera datang menghampirimu. Kelak ketika sudah berhasil, hal yang akan dirindukan adalah ketika perjalanan menjemput keberhasilanmu. 
Ketika keringat mengucur deras membanjiri tubuh, ketika darah tak henti-hentinya mengalir dan ketika air mata sudah kering dan tak mampu menetes. Semua itu akan terganti dan terbayar lunas dengan senyuman manis dari bibirmu. Ketika orang-orang disekitarmu meremehkanmu untuk bangkit, hiraukanlah mereka. Bayarlah cacian, hinaan dan makian mereka dengan senyuman keberhasilanmu itu. Katakan pada mereka inilah aku, orang yang dulu kau hina, orang yang dulu kamu maki. 

Post a Comment

0 Comments