Apalah arti
sebuah kata cinta bila berakhir dengan duka, pentingkah arti kata merindu bila
selalu dirundung pilu. Sebuah cerita tentang pragmatisme percintaan pelajar SMA
yang tidak akan pernah bisa hilang dari kepala. Dilema yang selalu setia
menemani malam kelam dalam dekapan angin malam di sebuah kota bernama Semarang.
Awalnya semua ini
kukira akan berjalan sesuai dengan rencana, tapi apa daya dia berbeda kata.
Semuanya kupikir akan sesuai bayangan imajinasi, tapi entah mengapa takdir
berkata lain atau mungkin kau memang tak diciptakan untukku, seorang pemuda
tanpa cita-cita yang bermimpi mendapat semua yang diinginkan melalui usaha
semata.
Semuanya dimulai
tatkala aku berjumpa dirimu yang seolah bagaikan mimpi di dunia fana, seolah
hanyalah cerita rekayasa yang dibuat untuk menghibur anak-anak dan para remaja.
Sebuah cerita berskenario yang dijalankan apa adanya tanpa ada teks editing
atau apalah namanya yang tanpa disengaja membuatku memuja dirimu tanpa alasan
apapun.
Seketika aku mulai
suka padamu, tak tahu apa yang terjadi padaku, aku hanya mengikuti naluri yang
ada dalam diriku. Binatang hina tanpa pikiran yang seolah ingin menerjang
mangsanya tanpa tipu daya dan perhitungan yang matang, dengan hanya
mengandalkan intuisi tanpa estetika. Aku merasa bagaikan disurga tatkala engkau
membalas kode ringan dari sebuah media komunikasi via internet, disitu kadang
aku lupa bahwa sebenarnya kau sudah ada yang punya, sementara siapa aku.
Seorang pemimpi yang berharap semuanya menjadi nyata.
Puncak sebuah
dilema, arti sebuah cerita, kiprah dari kata cinta yang seolah membuat diri ini
lupa dahwa masih ada langit diatas langit. Mereka mungkin berkata bahwa aku
mulai gila, gila pada sosokmu yang benar-benar meracuni pikiranku. Tak pernah
seharipun kulalui tanpa memikirkan dirimu, tak sempat seharipun aku lupa
indahnya mencubit pipimu, selalu aku membayangkan untuk memiliki dirimu tapi
apa daya yang disana tak ingin menyerahkan dirimu padaku.
Sebuah cerita
lama, kisah cinta pelajar SMA, yang terbawa hingga ke masa menuju kedewasaan.
Dilema yang tak berujung jua, akankah kau merasakan hal yang sama? Pernahkah
kau mencoba untuk menerima? Atau dia yang tidak mengijinkan hambanya untuk
mencinta? Mungkin dia ingin hambanya yang hina ini untuk memujanya sebelum dia
mengabulkan keinginan ini, hasrat ini, naluri ini, disetiap saat dan disetiap
waktu.
Rindu yang entah
mengapa selalu berakhir pilu, rasa cinta yang tak pernah terwujud dalam
demagogi dunia nyata, rasa hamba yang tak kunjung terisi juga menjadi alasan
bagiku untuk tetap senantiasa setia berada dalam dekapan sebuah dilema yang tak
berupa yang seolah berkata, “tetaplah setia dan kau akan mendapatkan hasilnya
entah kapan dan dimana.”
0 Comments