Gua
batu cermin merupakan salah satu morfologi yang terbentuk dari basil perlarutan
batugamping pada bentuklahan karst. Gua karst merupakan bentuk akibat terjadinya peristiwa pelarutan beberapa
jenis batuan akibat aktivitas air hujan dan air tanah, sehingga tercipta
lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses
kristalisasi dan pelarutan batuan tersebut.
Gua batu cermin ini terletak di daerah Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Dimensi dari gua batu cermin sendiri memiliki tinggi 75m dan
panjang 200m. Penemu goa ini adalah Theodore
Verhoven, seorang pastor Belanda yang juga seorang arkeolog, pada 1951. Dalam
penelitiannya, Verhoven menyimpulkan bahwa Pulau Flores dulunya berada di dasar
laut. Hal ini berdasarkan temuan koral dan fosil satwa laut yang menempel di
dinding goa. Yang paling terlihat adalah fosil ikan purba dan fosil kura-kura di
dinding goa.
Sedimen
yang terbentuk di dasar laut ini kemudian terangkat akibat adanya pengaruh gaya
tektonik yang aktif. Pengangkatan ini menyebabkan perubahan kondisi lingkungan
yang tadinya berada di dalam air menjadi berada di lingkungan darat dan secara
otomatis lingkungan darat memberikan kontribusi perubahan kondisi batuan.
Proses
perubahan yang dimaksud adalah proses pelapukan dan erosi. Proses pelapukan yang dominan terjadi di
daerah dengan litologi batugamping adalah pelarutan. Hal ini sangat terkait
dengan sifat batu gamping yang unsur utamanya adalah karbonat CaCO3 yang sangat
reaktif terhadap larutan asam, khususnya larutan senyawa asam yang mengandung
CO2. Walaupun secara kimiawi prosesnya sangat rumit dan kompleks, tetapi proses
pelarutan batu gamping secara sederhana mengikuti persamaan reaksi berikut:
CaCO3 + H2O <======> CaO + H2CO3
Proses
dengan panah bolak-balik tersebut menunjukan bahwa air yang mengandung senyawa
asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik
dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat. Maka selain adanya
proses pelarutan yang membawa partikel karbonat sehingga terjadi pelubangan dan
pengguaan pada batu gamping, di tempat lain terjadi proses pengendapan karbonat
berikutnya. Ini menerangkan proses selain terbentuknya gua itu sendiri, juga
terbentuknya hiasan-hiasan gua yang merupakan hasil endapan karbonat dari
pelarutan karbonat di tempat lain.
Proses
pelarutan yang berlangsung secara terus menerus dan intensif akhirnya akan membentuk
morfologi yang salah satunya adalah gua. Proses pembentukan gua pada
tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan
batu gamping menuju ke sungai permukaan. Mineral-mineral yang mudah
larut dierosi dan lubang aliran air tanah tersebut semakin membesar. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai
dan mulai membentuk jalur gua horisontal. Setelah semakin dalam tergerus, aliran air
tanah akan mencari jalur gua horisontal yang baru dan langit-langit atas
gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua horisontal yang lama dan
membentuk surupan (sumuran gua).
Gambar 1. Skema pembentukan gua karst
Serangkaian proses
pelarutan batugamping oleh air ini akhirnya juga membentuk morfologi pagan gua batucermin.
Pada mulut gua batucermin sebenarnya adalah bekas dari pintu spring. Yaitu mata
air atau sungai yang tiba-tiba muncul dari celah bebatuan. Dari morfologi pintu
gua ini dapat diamati proses perlarutan yang terjadi di masa lalu. Awalnya
batugamping yang terdapat di daerah gua cermin ini adalah batugamping yang
masif dan sangat tebal. Kemudian muncul suati rekahan-rekahan yang terbentuk
pada saat proses pengangkatan atau karena akibat adanya akar-akar tanaman.
Kemudian air hujan yang sifatnya asam masuk ke dalam celah-celah tersebut dan
melarutkan batuan yang ada di sekitarnya. Akibatnya terbentuklah celah yang
lebih besar dan menjadi jalur sungai.
Pada bagian mulut gua
juga terdapat stalagmit yang berukuran cukup besar yang terbentuk kibar reaksi
alih dari pelarutan batugamping Yang ada diatasnya. Stalagmit ini dapat
dikenali dengan mudah dari bentuknya yang menyerupai kerucut dan berada di
bagian lantai gua. Pembentukan stalagmit ini biasanya disertai dengan
terbentuknya stalaktit yang ada di bagian atasnya.
Gambar 3.Satalagmit
Ornamen
pada bagian dalam gua berupa stalaktit dan stalagmit.Stalaktit (stalactite) Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat
(CaCO3) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal endapan yang
membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua. Stalakmit (stalacmite) Merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di
lantai gua karena hasil tetesan air dari atas langit-langit gua.
Pada goa batu kaca juga terdapat morfologi lain yaitu
jendela karst. Jendela karst merupakan lubang di langit-langit goa yang pada
umumnya terbentuk karen atap gua yang runtuh. Namun pada goa batu kca ini
terbentuk karena bekas surupan atau dolline, aliran ait sungai yang mengalir
diatas gua tiba-tiba hilang msuk kedalam dolline ini dan terakumulasi di bawah
melarutksan dinding-dinding gua dam membentuk ruang urama gua.akhirnya air yang
terakumulasi tadi keluar dari ruang utama gua menjadi spring, yang kini sudah
menjadi mulut gua.
Gambar 6. Jendela karst
Potensi positif daerah Gua
Batu Cermin
1.
Daerah potensi mineral
Batuan karbonat (batu gamping) merupakan salah
satu dari sumber mineral terbesar di daerah karst. Batuan ini sering digunakan
sebagai ornamen/hiasan, campuran pembuatan semen, serta bahan baku
industri-industri seperti untuk bahan pemutih, penjernih air dan bahan
pestisida.
2.
Objek Wisata
Banyaknya wisata yang dikembangkan, seperti wisata alam, wisata
petualangan, wisata ilmiah. Hal ini tentu saja dapat menambah devisa negara dan menjadi mata
pencaharian bagi warga setempat.
3. Daerah potensi air
Pada dasarnya, karena merupakan batuan yang
kompak, batugamping bersifat impermeabel. Adanya sistem rekahan atau
rongga-rongga pelarutan di dalamnya, menyebabkan batugamping dapat bertindak sebagai
akifer yang cukup baik. Air ini dapat digunakan karena merupakan cadangan air
bersih yang justru meluap pada musim kemarau.
4. Objek studi
Banyak disiplin ilmu yang bisa menjadikan gua batu cermin ini sebagai
objek studinya. Misalnya dengan keterdapataannya fosil penyu, koral dan ikan
purba,dapat dijadikan objek studi bagi geolog, paleontologi, maupun biologi.
5. Habitat bagi banyak fauna
Pada gua
karst biasanya terdapat banyak hewan menguntungkan yang bisa dijumpai, di
antaranya ular, kelelawar, dan walet. Ular dapat bermanfaat sebagai predator tikus.
Kelelawar bermanfaat sebagai pemakan serangga. Dan walet, tentu dapat
mendatangkan banyak uang melalui sarang dan air liurnya yang berharga mahal.
Potensi negatif kawasan Goa
Batu Cermin
1.
Bahaya air kapur
Air yang banyak mengandung larutan karbonat berbahaya bagi manusia,
kandungan karbonat terlarut yang tinggi pada daerah karst apabila dikonsumsi
manusia akan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada ginjal. Air yang
dikonsumsi akan disaring oleh ginjal sehingga mineral karbonat yang terlarut
dalam air juga akan ikut tersaring dan membentuk endapan garam karbonat pada
ginjal dan mengakibatkan batu ginjal.
2.
Collapse
Aktivis
Dumai bawah tanah yang terus-menerus mengerosi batuan disekitanya dapat
mengakibatkan runtuhnya lapisan batuan yang ada diatasnya. Hal ini bisa
mengakibatkan potensi bencana.
Daftar Pustaka
http://travel.kompas.com/read/2012/06/11/09034788/Goa.Batu.Cermin.Mana.Cerminnya.
Diakses pada hari Rabu 1 April 2015 pukul 20.11 WIB
https://siskanurifah.wordpress.com/2013/09/30/menembus-kegelapan-goa-batu-cermin-ntt/
Diakses pada hari Rabu 1 April 2015 pukul 20.15
0 Comments